Rabu, 10 Agustus 2011

BUPATI KARAWANG


1. Raden Adipati Singaperbangsa (1633-1677)

Raden Adipati Singaperbangsa memimpin pemerintahan Karawang yang berpusat di Bunut Kertayasa (wilayah kelurahan Karawang Kulon) selama 4 tahun, dimulai sejak tahun 1633 sampai tahun 1677.
Dalam melaksanakan tugasnya mengusir penjajah Belanda, Raden Adipati Singaperbangsa didampingi oleh Aria Wirasaba. Dengan gigih, keduanya berupaya mengusir penjajah Belanda dari tanah air, hingga Aria Wirasaba disebut sebagai “Het Tweede Regent” dan Raden Adipati Singaperbangsa disebut sebagai “Hofd Regent” oleh pemerintah kolonial Belanda. Raden Adipati Singaperbangsa wafat pada tahun 1677. beliau dimakamkan di Manggung Ciparage desa Manggungjaya kecamatan Cilamaya dengan sebutan akhirnya sebagai Kyai Panembahan Singaperbangsa atau Dalem Kalidoan yang juga disebut sebagai Eyang Manggung.


2. Raden Anom Wirasuta (1677-1721)



Menggantikan tugas ayahnya Raden Adipati Singaperbangsa untuk membangun pusat logistik dan memimpin penyerangan terhadap penjajah Belanda, Raden Anom Wirasuta diangkat sebagai Bupati Karawang kedua. Pelantikan dilakukan di Citaman, Pangkalan.

Pada masa kepemimpinannya sebagai Bupati Karawang selama 44 tahun, Raden Anom Wirasuta dikenal dengan sebutan Panembahan Manggung. Beliau wafat dan dimakamkan di Bojong Manggu, pangkalan.


3. Raden Jayanegara (1721-1731)



Setelah Raden Anom Wirasuta, jabatan Bupati Karawang diserahkan kepada anaknya Raden Jayanegara yang bergelar Adipati Panatayudha II. Raden Jayanegara II menjabat Bupati Karawang selama 10 tahun. Setelah wafat, beliau dimakamkan di Waru Tengah setelah Pangkalan. Kerananya, Raden Jayanegara dikenal dengan sebutan Waru Tengah.


4. Raden Singanegara (1752-1786)


Jabatan Bupati Karawang masih turun temurun. Setelah Raden Jaya Negara mengakhiri masa kepemimpinannya sebagai Bupati Karawang, lalu anaknya, raden Muhammad yang bergelar Adipati PanatayudhaIV menggantikannya. Raden Muhammad Saleh yang juga dikenal dengan nama Raden Muhammad Zaenal Abidin atau Dalem Balon memimpin pemerintahan di Karawang selama 34 tahun. Setelah beliau wafat kemudian dimakamkan di serambi Msjid Agung Karawang. Karenanya tak heran bila Raden Muhammad Saleh kemudian dikenal juga sebagai Dalem Sorambi.

Pada tanggal 5 Januari 1994, makam Raden Muhammad Saleh dipindahkan oleh pemerintah ke komplek makam Raden Adipati Singaperbangsa di Manggung Ciparage desa Manggungjaya kecamatan Cilamaya.


5. Raden Singasari (1786-1809)



Menggantikan Raden Muhammad Saleh, jabatan Bupati Karawang diserahkan kepada Raden ngasari, Putra mantu Raden Muhammad Saleh. Bupati yang bergelar sebagai Raden Adipati Aria Singasari ini memimpin pemerintahan di Karawang selamg 23 tahun dan wafat pada tahun 1836.



Jenazah Raden Adipati Aria Singasari dimakamkan di duro Kebon Agung Jati Barang, Brebes Jawa Tengah, karena sebelum wafat, Bupati yang kemudian dikenal dengan sebutan Dalem Duro ini dialihtugaskan dari Bupati Karawang untuk menjabatan Bupati Brebes.


6. Raden Aria Sastradipura (1809-1811)

Raden Aria astradipura adalah putra Raden Muhammad Saleh Bupati Karawang ke-V. Beliau diangkat sebagai cutak (demang) setingkat patih dengan melaksanakan tugas dan pekerjaan sebagai Bupati di karawang selama 2 tahun.

7. Raden Adipati Suryalaga (1811-1813)



Pengganti Raden Aria Sastradipura adalah Raden Adipati Suryalaga. Pada waktu kecil Raden Adipati Suryalaga bernama Raden Ema. Beliau adalah putra sulung Raden Adipati Suryalaga (Bupati Sumedang tahun 1765-1783). Raden Suryalaga adalah saudara misan dan menantu Pangeran Kornel, yaitu suami dari putri Pangeran Kornel yang bernama Nyi Rden Ageng.
Raden Adipati Suryalaga wafat dan dimakamkan di Talun Sumedang. Karenanya, beliau dikenal dengan sebutan Dalem Talun.



8. Raden Aria Sasatradipura (1811-1820)


Raden Aria astradipura adalah Bupati Karawang yang menjabat Cutak (Demang) selama 2 periode. Beliau adalah putra Raden Muhammad Saleh.

Jabatan Raden Aria Sastradipura sebagai Cutak pada pertama kalinya adalah tahun 1809-1811. pada tahun 1813, Kabupaten Karawang dihapuskan dan dibentuk kembali pada tahun 1821 dengan pusat pemerintahannya di Wanayasa, Purwakarta.
Berkedudukan di Purwakarta


9. Raden Adipati Suryanata (1821-1829)

Pada masa pusat pemerintahan Karawang di Wanayasa, Purwakarta, Raden Adipati Suryanata, putra Adipati Wiranata (dalem sepuh Bogor keturunan Cikundul) diangkat sebagai Bupati Karawang, nggantikan Raden Aria Sasatraputra. Raden Adipati Suryanata sendiri adalah menantu Raden Aria astradipura (Bupati Karawang ke-9) yang menikah dengan Nyi Salamah. Adapun Raden Adipati Suryanata menjabat sebagai Bupati Karwang selama 8 tahun dan wafat di aklhir masa jabatannya tahun 1829. jenazah Raden Adipati Suryanata dimakamkan di Nusa Situ Wanayasa Purwakarta.

10. Raden Adipati Suryawinata (1829-1849)

Raden Adipati Suryawinata alias Raden Haji Muhammad Sirod, putra Adipati Wiranata (dalem sepuh Bogor, adik Raden Adipati Suryanata adalah Bupati Karawang yang memerintah pada tahun 1821-1828). Ia memimpin pemerintahan di Karawang pada masa pusat pemerintahan berpusat di Wanayasa, Purwakarta.

Lalu, pada tahun 1830, pusat pemerintahan Karawang di Wanayasa dipindahkan ke Sindangkasih yang kemudian dinamakan Purwakarta. Purwakarta sendiri diambil dari 2 kata yakni Purwa yang berarti Permulaan dan Karta yang berarti ramai atau hidup.

Dengan demikian, nama Purwakarta baru dikenal pada masa kepemimpinan Bupati Karawang berpusat pemerintahan di Purwakarta. Selanjutnya, pada tahun 1849, Raden Adipati Suryawinata dialihtugaskan menjadi Bupati Bogor hingga wafatnya tahun 1872.

Raden Adipati Suryawinata dikenal juga dengan sebutannya sebagai Dalem Solawat atau Dalem Santri.


11. Raden Muhammad Enoh (1849-1854)

Raden Muhammad Enoh, putra dalem Aria Wiranatanudatar VI, bergelar Raden Sastranegara. Beliau memimpin pemerintahan Karawang selama 5 tahun dan wafat pada tahun 1854 serta dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.

12. Raden Adipati Sumadipura (1854-1863)

Raden Adipati Sumadipura adalah putra Raden Adipati Sastradipura (Bupati Karawang ke- 8 ) yang dilahirkan pada tahun 1814 dengan sebutan Uyang Ajian atau Dalem Sepuh. Selama 9 tahun menjadi Bupati Karwang, Raden Adipati Sumadipura yang bergelar Raden Tumenggung Aria sastradiningrat I ini sempat membangun pendopo Kabupaten, Masjid Agung dan Situ Buleud Purwakarta. Beliau wafat pada tahun 1863 di Purwakarta dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.


13. Raden Adikusumah (1883-1886)


Raden Adikusumah alis Apun Hasan Putra Uyang Ajian bergelar Raden Adipati Satradiningrat II. Beliau dilahirkan pada tahun 1837 dan wafat pada tahun 1886. jenazah Bupati Karawang ini dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.

14. Raden Surya Kusumah (1886-1911)


Menggantikan sang ayah (Raden Adikusumah), Raden Surya Kusumah alias Apun Harun yang bergelar Raden Adipati Sastradiningra III menjabat Bupati Karawang selama 25 tahun. Beliau wafat pada tahun 1935 dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.


15. Raden Tumenggung Aria Gandanagara (1911-1925)


Setelah Raden Surya Kusumah wafat, adiknya Raden Tumenggung Adia Gandanagara yang bergelar Raden Adipati Sastradiningrat III dan juga dikenal dengan sebutan Dalem Aria menjabat Bupati Karawang selama 14 tahun. Raden Tumenggung Aria Gandanagara wafat pada tahun 1940 dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.



16. Raden Adipati Aria Suryamiharja (1925-1942)



Sebelum masa pendudukan Jepang, Bupati yang menjabat di masa ini adalah Raden Adipati Aria Suyamiharja. Beliau adalah putra Raden Rangga Haji Muhammad Syafe’I asal Garut yang bergelar Raden Adipati Songsong Kuning.


17. Raden Panduwinata (1942-1945)

Beliau adalah Bupati Karawang terakhir yang berkantor pusat di Purwakarta. Dengan sebutan Raden Kanjeng Pandu Suriadiningrat, Raden Panduwinata menjabat Bupati Karawang pada masa pendudukan Jepang. Berkedudukan di Subang

18. Raden Juarsa (1945 – 1948 )


Berhubung dengan sedang bergolaknya Revolusi, maka pada masa pemerintahan Karawang dipimpin Raden Juarsa, pusat pemerintahan dialihkan dari Wanayasa Purwakarta ke Subang.



19. Raden Ateng Surapraja dan Syafe’I (1948-1949)


Tahun 1948-1949, saat perjuangan kemerdekaan negara ini tengah bergejolak, ditunjuklah dua orang Bupati Karawang oleh dua pemerintahan yang berbeda, yaitu: Raden Ateng Surapraja yang ditunjuk oleh negara Pasundan (bentukan Recomba) yang berkedudukan di Subang dan Syafe’I yang ditunjuk oleh pemerintah Republik Indonesia dan berkedudukan di Pangkalan. Pusat Pemerintahan kembali Ke Karawang

20. R.M. Hasan Surya Saca Kusumah (1949-1950)

Di masa kepemimpinan pemerintahan Karawang oelh R.M. Hasan Surya Saca Kusumah, Kabupaten Karawang terpisah dari Purwakarta sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 1950 tentang pembentukan daerah kabupaten di lingkungan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Sedangkan Purwakarta, masih beribukota di daerah Subang.

Namun, berdasarkan sumber lain dikatakan bahwa berdasarkan keputusan wali negeri Pasundan nomor 12, tanggal 29 Januari 1949, bahwa Kabupaten Karawang dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Karawang Barat di Karawang dan Kabupaten Karawang Timur (Kabupaten Purwakarta) yang berpusat di Subang.

Adapun Kabupaten Karawang Barat meliputi daerah Kewedanaan Karawang, Rengasdengklok,

Cikampek, Cikarang, Tambun dan Sarengseng. Sedangkan Kabupaten Karawang Timur (Purwakarta) meliputi daerah Kawedanaan Subang, Diasem, Pamanukan, Sagalaherang dan Kawedaan Purwakarta.


21. Raden Rubaya (1950-1951)

Raden Rubaya memegang jabatan Bupati Karawang hanya setahun. Beliau adalah putra Raden Suryanatamiharja asal Sumedang yang menjabat Wedana Leles di Garut.

22. Moh. Tohir Mangkudijoyo (1951-1960)


Sebagai pengganti jabatan Bupati Karawang, Moh. Tohir Mangkudijoyo, putra Jaka asal Plered menjabat selama 9 tahun. Pada masa pemerintahannya, beliau didampingi oleh kepala daerah Moh. Ali Muchtar putra Cakrawiguna (komis Pos Plered) asal Jatisari. Selama Moh. Tohir angkudijoyo menjabat Bupati, Karawang mengalami 3 (tiga) macam pergantian pemerintahan daerah, yakni; pemerintahan daerah sementara yang berlangsung dari tanggal 30 Desember 1950 – 22 September 1956 yang terdiri atas, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPR-S) sebagai undur legislatif yang diketuai oleh M. Sukarmawijaya dan Dewan Pemerintahan Daerah
Sementara (DPRS) sebagai unsur eksekutif yang diketuai oleh Moh.Tohir Mangkudijoyo dan wakilnya Suhud Hidayat.
Kemudian pada pemerintahan yang kedua berupa pemerintahan daerah peralihan yang berlangsung dari tanggal 22 September 1956 – 23 Januari yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan (DPRDP) sebagai unsur legislatif yang diketuai oleh A. Samosir Gultom dan Dewan Pemerintahan Daerah Peralihan (DPRDP) sebagai unsur eksekutif yang diketuai oleh Tohir Mangkudijoyo.

Terakhir adalah bentuk pemerintahan daerah hasil pemilihan umum tahun 1955 yang berlangsung dari tanggal 25 Jnuari 1958 – 20 Oktober 1059 yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai undur legislatif yang diketuai oleh A. Samosir Gultom dan Dewan Pemerintahan Daerah (DPD) sebagai unsur eksekutif yang diketuai oleh Moh. Tohir Mangkudijoyo.

23. Letkol (inf) H. Husni Hamid (1960-1971)


Sebelum menjabat Bupati Karawang, Letnan Kolonel (inf) H. Husni Hamid adalah seorang komandan Kodim 0604 Karawang. Beliau adalah putra ketiga dari Bapak Haji Abdul Hamid asal Cilegon, Banten. Pada masa kepemimpinannya, jabatan Bupati Karawang merangkap sebagai Kepala Daerah dan ketua DPR-GR berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 dan peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 1960. Namun dirubah kembali oleh Undang-Undang nomor 19 tahun 1963 yang menyatakan bahwa jabatan Bupati tidak lagi merangkap sebagai ketua DPR-GR.

Pada tahun 1964-1968, Letkol (inf) H. Husni Hamidmenjabat Bupati Karawang didampingi oleh ketua DPR-GR, damanhuri Sodiq, putra Raden H. Sodiq, seorang penghulu Karawang asal Bogor, lalu pada periode selanjutnya, 1969-1971, Letkol (inf) H. Husni Hamid didampingi oleh ketua DPR-GR, Kosim Suchuri, putra H. Ahmad Sai’id. Tahun 1980, H. Husni Hamid wafat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung. Di masa itulah, Karawang mulai melakukan pembangunan disebelah utara.

24. Kolonel (inf) Setia Syamsi (1971-1976)


Menjabat satu periode (5 tahun), Kolonel (inf) Setia Syamsi adalah putra E.Suparman asal Bandung. Bupati kelahiran 3 April 1926 ini sebelumnya menjabat Bupati Karawang adalah Komandan Kodim 0604 Karawang (1964-1969), Kepala Staf Brig. 12/ Guntur Dam VI/ Siliwangi di Cianjur (1969-1971).


25. Kolonel (inf) Tata Suwanta Hadisaputra (1976-1981)

Putra Taslim Kartajumena asal Cirebon ini sebelum menjabat Bupati Karawang adalah Komandan Kodim Garut yang kemudian beralih tugas ke Korem Tarumanegara di Garut dan anggota DPRD tingkat I Jawa Barat.


Kolonel (inf) Tata Suwanta Hadisaputra adalah putra kelahiran Bandung tanggal 23 April 1924. saat menjabat Bupati Karawang sampai tanggal 7 Juli 1977, beliau didampingi oleh ketua DPRD, Letkol (inf) R.H. Jaja Abdullah. Selanjutnya, mulai tanggal 26 Agustus 1977, didampingi ketua DPRD, Letkol (Inf) H. Sujanan Priyatna.


26. Kolonel CPL. H. Opon Sopandji (1981-1986)


Kolonel CPL. H. Opon Sopandji adalah putra Atmamiharja asal Sukapura, Tasikmalaya. Sebelum menjabat Bupati Kepala Daerah tingkat II Karawang, beliau adalah ketua DPRD kabupaten Bogor.Semasa menjabat Bupati di Karawang, Kolonel CPL. H. Opon Sopandji didampingi oleh ketua DPRD, Letnan (inf) H. Sujana Priyatna. Setelah masa jabatan Bupati Karawang selesai, Kolonel CPL. H. Opon Sopandji, menjabat kembali sebagai ketua DPRD kabupaten Bogor.


27. Kolonel CZI H. Sumarno Suradi (1986-1996)

Selama menjabat Bupati Karawang, Kolonel CZI H. Sumarno Suradi didampingi oleh Ketua DPRD, Letkol (Inf) H. Sujana Priyatna hingga tanggal 16 Juli 1992. selanjutnya, jabatan ketua DPRD digantikan oleh Kolonel (inf) H. Jamal Safiudin yang dilahirkan di Bandung, 16 Juli 1938. Kolonel CZI H. Sumarno Suradi adalah putra Suradi asal Bandung. Sebelum menjabat Bupati di Karawang, jabatan beliau adalah sebagai Kepala Markas wilayah Pertahan Sipil

(Ka. Mawil Hansip) VIII daerah tingkat I Propinsi Jawa Barat.


28. Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar (1996-2000)


Setelah 2 periode (10 tahun) menjabat Bupati Karawang, akhirnya jabatan Kepala daerah tingkat II Karawang itu diserahterimakan oleh Kolonel CZI H. Sumarno Suradi kepada Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar, putra R.E. Herman asal Klanengan Cirebon. Pada masa kepemimpinan ini, Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar didampingi ketua DPRD Kolonel (inf) H. Jamal Safiudin sampai dengan tanggal 3 Agustus 1999. Selanjutnya, Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar
didampingi ketua DPRD, Adjar Sujud Purwanto, putra A.S Wagianto, seorang pejuang 45 asal Cikampek. Letkol Inf Drs. H. Dadang S. Muchtar dilantik sebagai Bupati Karawang pada tanggal 15 mei 1996 oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, R. Nuriana atas nama Menteri Dalam Negeri. Sebelum menjabat Bupati Karawang, Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar, jabatan beliau adalah sebagai assisten logistik Kodam II/Siliwangi.



Berdasarkan SK Mendagri Nomor 141. 32-055 tanggal 21 Februari 2000, secara resmi, Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar berhenti menjabat Bupati Karawang dan kembali ke Markas Besar TNI.



29. RH. Daud Priyatna, SH, M.Si (tahun 2000)



Setelah Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar kembali ke Mabes TNI, sebelum habis masa jabatannya, sebagai pejabat sementara Bupati Karawang dipegang oleh wakilnya, R.H. Daud Priyatna asal Pedes Karawang yang lahir pada tanggal 29 Juli 1941.



Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.32.055 tanggal 21 Februari 2000. R.H. Daud Priatna selain menjabat Bupati Karawang juga merangkap sebagai wakil Bupati Karawang. Sebelum menjabat sebagai Pj. Bupati Karawang, jabatan R.H. Daud Priyatna adalah sekretaris wilayah daerah tingkat II Subang. Beliau menjabat Pj. Bupati Karawang didampingi oleh ketua DPRD, H. AS Purwanto. Beliau melanjuti masa jabatan Bupati Karawang hingga tahun 2000.


30. H. Achmad Dadang (2000-2005)


Setelah R.H. Daud Priyatna menyelesaikan jabatan Bupati Karawang tahun 2000
Kabupaten Karawang mengadakan pesta demokrasi Pemilihan Bupati Karawang periode
tahun 2000-2005. DPRD, selaku penyelenggara pilbup tersebut.
H. Achmad Dadang yang didampingi oleh H. Shalahudin Muftie ikut serta dalam pemilihan Bupati tersebut. Pada putaran terakhir pemilihan Bupati Krawang, H. Achmad Dadang dan H. Shalahudin Muftie meraih suara terbanyak dari wakil rakyat yang duduk di DPRD Karawang. Hingga kini keduanya masih menduduki jabatan Bupati dan wakil Bupati terpilih itu. H. Achmad Dadang sebelum menjabat sebagai Bupati Karawang, jabatan beliau adalah Komandan Kodim Kabupaten Pidi, Propinsi Aceh. Beliau adalah putra daerah asal Cilamaya Karawang kelahiran 8 Agustus 1948,
putra seorang tokoh Cilamaya, Tjasban. H. Achmad Dadang dan H wafat pada tahun 2007


31. Drs H Dadang S Muchtar (2005-2010)

Sebagai “militeris”, langkah Dadang S Muchtar terbilang gesit. Dari kalangan muslim hingga konglomerat diurusnya.
Gerak reformis tampaknya sudah berurat, berakar dalam nadi darah Dadang S Muchtar. Meski sejak 2 Oktober tahun ini Kolonel TNI Purnawirawan kelahiran Cirebon 53 tahun silam ini sudah terpilih menjadi Bupati Karawang terpilih, langgamnya tak banyak berubah.
Dasim,
demikian panggilan akrabnya, tetap kerap menyongsong risiko demi mencapai tujuan yang diinginkan. Batas-batas yang semula tampak musykil dilewati dan diterabasnya. Langkahnya yang zig-zag kerap mengundang kontroversi.
Banyak orang mengingat Dasim ketika meng’hotmik’ jalan di Kabupaten Karawang. Pada awalnya, banyak yang tak yakin, sepanjang jalan Karawang mulai pelosok terpencil hingga daerah perkotaan itu mendapat perhatian Bupati Karawang. Maklum, sepanjang sejarah Bupati Karawang, jalankampung–demikian istilahnya, jarang dilirik, apalagi disentuh hotmik. Cukup tanah merah atau paling bagus sirtu.
Namun sejak Dasim menjadi Bupati Karawang tahun 1995, rakyat Karawang merasakan jalan licin beraspal. Sedikit berlubang, ditambal. Dan bahkan bila perlu masyarakat mengajukan permohonan hotmik di jalan tanah lainnya.
Itulah Dasim. Makanya tak mengagetkan, bila kemudian ia mencalonkan sebagai Bupati Karawang pada pemilihan secara langsung oleh rakyat, suara terbanyak pun diperolehnya. Bisa jadi, itu semua berkat tapak yang mengena hati rakyat
Karawang.
Gerak hotmik itu juga terlihat ketika masyarakat dihadapkan pada jalan berlubang akibat Pemerintahan Bupati Achmad Dadang yang kurang perhatian. Dasim menunjukkan kepribadiannya meski tidak menjadi Bupati Karawang. Ia, dengan koceknya pribadi tak sungkan mengaspal jalan tanah, menambal jalan berlubang dan memperbaiki saluran-saluran air. Pemerintah sempat terbelalak dan kebakaran
jenggot, manakala Dasim menunjukkan kinerja rekanan yang terkesan asal-asalan dalam melaksanakan pekerjaan
 order Pemda mengaspal jalan. Sebelum keluar kata keluhan dari masyarakat tentang kondisi jalan aspal yang mudah berlubang meski baru sebulan diperbaiki, protes Dasim jauh-jauh hari sudah keluar.
Dalam sejumlah kesempatan, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karawang ini menyuarakan majunya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan dalam berbagai kehidupan. Pembangunan-pembangunan dibidang pendidikan, harus ditingkatkan dan para penyelenggara pendidikan harus sertanggungjawab. Pemerintah, harus mengalokasikan anggaran yang memadai terhadap penyelenggaraan pendidikian, mengupayakan perluasan dan pemerataan pendidikan dan keterampilan yang mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sector industri dan jasa perdagangan, meningkatkan pembinaan dan peningkatan kualitas
guru pada semua tingkatan dan meningkatkan pelaksanaan program wajib belajar.

32. Drs H. Ade Swara, MH ( 2010 s.d Sekarang )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CARI BERITA BLOG